Oleh: Usaid Fathurrahman
“Maah lapar...,”
suara seorang anak balita yang masih kecil terdengar begitu lemah.
“Maaah hauuus...,”
tidak jauh dari posisi anak itu
terdengar jeritan tertahan seorang anak balita, meminta seteguk air. Tubuhnya terlihat
sangat kurus dan ringkih, tubuh kecil, hitam, dan hanya terbalut kulit tipis
tanpa daging apalagi lemak yang membalut tubuhnya. Namun yang ada hanya
tonjolan demi tonjolan tulang yang terlihat begitu sangat memprihatinkan.
***
Begitulah
sekilas yang diceritakan oleh dr. T. Meaty Fransisca, yang sering disapa dengan
Ibu Mae, beliau menceritakan pengalamannya selama dua minggu berada di sana bersama
Pak Iqbal Setyarso (ACT) dengan tim MER-C.
S-O-M-A-L-I-A,
sebuah negara di bagian Afrika yang saat ini sedang dilanda krisis kelaparan.
Masa depan negara itu memang sangat menakutkan, sekitar 640.000 anak Somalia
menderita gizi buruk akut. Para ibu yang menyusui bayinya tidak dapat
mengkonsumsi gizi yang cukup. Kini ancaman kemusnahan berada di depan mata
anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa Somalia ini.
Somalia...
bukan sekedar krisis ekonomi, krisis keadilan dan perdamaian internal juga
tidak dapat mereka miliki. Pertikaian slalu diintervensi negara-negara lain
yang berkepentingan. Sampai perang sipil yang terjadi di Somalia mengakibatkan
krisis ini berkepanjangan hingga saat ini. Ketika Somalia terlibat konflik denga
Ethiopia pada tahun 1977, Uni Soviet membantu Ethiopia hingga Somalia kalah.
Pada tahun
2006 dan 2009 perang di Somalia kembali meletus, Amerika membacking Ethiopia yang menginvansi Somalia, peperangan berakhir
denga penarikan tentara Ethiopia yang berujung kehilangan wilayah serta
mengefektifkan kepemimpinan federal sementara Ethiopia. Memasuki abad 21
Somalia berungkali mengalami beberapa masalah lagi dengan masyarakat
Internasional akibat aksi pembajakan yang berkembang di negara ini.
Aksi
pembajakan di perairan Somalia meningkat sejak perang sipil beberapa tahun
silam. Laporan PBB menyebutkan aksi pembajakan di Somalia ini sebagian di
sebabkan karena penangkapan ikan ilegal,
penyebab lain banyak perahu asing yang membuang limbah sembarangan di perairan
Somalia sehingga berimbas mengakibatkan matinya mata pencaharian nelayan
Somalia.
Sahabat... Mereka
adalah salah satu bagian dari kita, haruskah kita hanya dapat berdiam diri dan
berpangku dagu darinya!? Tidak!
Jawabannya
adalah kita harus makin merapatkan barisan untuk bersama mendukung dan membantu
saudara kita di sana. Jika tidak dengan materi, fisik, kunjungan, kita bisa
membantu mereka dengan menyelipkan doa di setiap salat kita, bahkan memanjatkan
doa khusus untuk saudara-saudra kita di sepertiga malam terakhir. Dengan
cucuran air mata dan rintihan tasbih semoga Allah swt. berkenan mendengarkan
doa-doa kita.
Dahulu,
umat Islam pernah mengalami bencana kelaparan pada tahun 18 H di masa Khalifah
Umar bin Khaththab ra.. Saat itu beberapa orang Badui terancam nyawanya karena
kelaparan dan wabah penyakit. Rakyat dari berbagai kawasan arab berkumpul di
Madinah (Ibu Kota Khilafah) untuk mendapat jatah makanan.
Ketika cadangan
makanan di Madinah menurun, Umar bin Khaththab ra. menulis surat kepada para
wali (gubernur) di Mesir, Suriah, Palestina dan Irak untuk mengirim bantuan
pangan, Para Gubernur segera mengirim kafilah yang penuh dengan makan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Umar bin Khattab ra. mengirim pegawainya di rute
Irak, Palestina dan Suriah untuk mengambil makanan itu. Segera setelah itu
mengirimkan makanan ke wilayah pedalaman. Tindakan ini menyelamatkan jutaan
orang dari kelaparan.
Khalifah
Umar bin Khattab ra. mengawasi langsung makan para pengungsi di Madinah yang
jumlahnya lebih dari seratus ribu orang. Pada awal abad ke 19 H., kondisi mulai
membaik. Khalifah dengan serius mengawasi rehabilitasi penduduk yang dipindahtempatkan.
Apa yang
dilakukan Khalifah Umar bin Khattab sesungguhnya bisa dilaksanakan oleh kaum muslimin
saat ini seandainya umat Islam memiliki Khalifah yang mempersatukan umat Islam.
Khalifah akan segera mengirim surat dengan cepat ke wilayah negeri Islam
lainnya yang kaya untuk membantu rakyat Somalia. Dengan transportasi dan
komunikasi yang lebih canggih saat ini, masalah kelaparan ini akan segera bisa
diatasi. Jadi persoalannya, bukanlah persoalan ekonomi, tapi persoalan politik!
Wal-Lâhu A’lamu bish-Shawâb...
0 komentar:
Posting Komentar